Oleh: Eko Agus Triswanto,S.Pd.,S.Si
Manusia merupakan makhluk yang unik. Setiap manusia satu dengan yang lain pasti memiliki perbedaan. Meskipun ada yang disebut memiliki kesamaan, namun itu tidaklah mutlak, dan pasti ada salah satu unsure yang membedakan. Bahkan itu terjadi pada anak yang telahir kembar sekalipun. Demikian pula yang terjadi pada peserta didik. Semuanya pasti memiliki sifat-sifat khas kepribadian masing-masing.
Manusia merupakan makhluk yang unik. Setiap manusia satu dengan yang lain pasti memiliki perbedaan. Meskipun ada yang disebut memiliki kesamaan, namun itu tidaklah mutlak, dan pasti ada salah satu unsure yang membedakan. Bahkan itu terjadi pada anak yang telahir kembar sekalipun. Demikian pula yang terjadi pada peserta didik. Semuanya pasti memiliki sifat-sifat khas kepribadian masing-masing.
Membicarakan
perihal sifat-sifat khas kepribadian manusia, beberapa ahli berusaha
menggolongkan manusia kedalam tipe-tipe tertentu berdasarkan cara pandangnya
masing-masing. Dalam
kesempatan ini, penulis akan membahas tentang penggolongan sifat-sifat khas kepribadian manusia menurut Eduard Spranger yang kemudian disebut dengan tipologi Spanger, serta kaitannya terhadap peserta didik di sekolah.
kesempatan ini, penulis akan membahas tentang penggolongan sifat-sifat khas kepribadian manusia menurut Eduard Spranger yang kemudian disebut dengan tipologi Spanger, serta kaitannya terhadap peserta didik di sekolah.
Eduard
Spranger adalah tokoh psikologi yang berdasarkan ilmu pengetahuan kerohanian,
mengemukakan tipologi yang walaupun secara teori mengandung kelemahan-kelemahan,
tetapi secara praktek sangat berguna, karena itu teorinya sangat popular. Pada
dasarnya, pokok-pokok pikiran Spranger mengenai kepribadian manusia didasari
dengan pendapatnya yang membedakan adanya dua Roh (Geist) kepribadian manusia.
Adapun dua rokh (Geist) tersebut adalah:
a.
Rokh Subyektif Subbyektif atau rokh individual,
yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individual)
b.
Rokh Obyektif atau rokh supra individual, yaitu
rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan konkritnya merupakan kebudayaan
yang telah menjelma selama berabad-abad, berkembang bersama dengan perkembangan
manusia, rokh ini disebut dengan kebudayaan.
Setelah
membedakan adanya dua macam rokh (geist) Sprager menjelaskan mengenai hubungan
kedua macam rokh tersebut. Spranger menjelaskan bahwa antara rokh subyektif dan
rokh obyektif tersebut berhubungan secara timbal balik. Nilai rokh subyektif
yang terdapat pada masing-masing individu terbentuk dan berkembang dengan
memakai kebudayaan sebagai norma. Sebaliknya, rokh objektif sendiri terbentuk
dan berkembang tergantung pula pada rokh subyektif pada individual. Sebab
individual-individuallah yang dari abad ke abad menciptakan nilai kebudayaan
itu. Kebudayaan akan lenyap jika manusia-manusia tidak mendukung dan menghayatinya.
Berdasarkan
hubungan di atas, Spranger selanjutnya membedakan enam lapangan hidup manusia.
Adapun keenam lapangan nilai atau lapangan hidup itu adalah:
1.
Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)
2.
Lapangan ekonomi
3.
Lapangan kesenian
4.
Lapangan keagamaan
5.
Lapangan kemasyarakatan
6.
Lapangan politik
Bersandar
kepada kenyataan bahwa biasanya hanya salah satu diantara nilai itu yang
dominan dan ini memberi corak kepada kepribadian maka Spranger menggolongkan
manusia menjadi enam tipe, yaitu:
No.
|
Nilai Kebudayaan yang dominan
|
Tipe
|
Tingkah laku
|
1.
|
Ilmu pengetahuan
|
Manusia teori
|
Berpikir
|
2.
|
Ekonomi
|
Manusia ekonomi
|
Bekerja
|
3.
|
Kesenian
|
Manusia estetis
|
Menikmati
|
4.
|
Keagamaan
|
Manusia agama
|
Memuja
|
5.
|
Kemasyarakatan
|
Manusia sosial
|
Berbakti/berkorban
|
6.
|
Politik/kenegaraan
|
Manusia kuasa
|
Ingin berkuasa/memerintah
|
Merujuk
pada pendapat dari Spranger di atas, dalam upaya pengembangan diri peserta
didik, tentunya para pendidik harus mengetahui tipe-tipe peserta didik. Dengan
demikian pengembangan bisa lebih optimal baik itu melalui pembelajaran ataupun
dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Hal ini diharapkan juga akan membantu dalam
upaya bimbingan karir terhadap peserta didik, sehingga pihak pendidik maupun peserta didik dapat
mengetahui kebudayaan mana yang dominan mempengaruhi tingkahlakunya sendiri dan
dapat mengembangkan sesuai dengan minat maupun bakatnya masing-masing.
Related Post
- Kupas Tuntas Materi Logika Matematika Plus Full Video
- Belajar Program Linear Sub-materi Model Matematika dan Nilai Optimum Metode Titik Pojok
- Psikologi Pembelajaran untuk Generasi Z: Pendekatan yang Relevan di Era Digital
- Memaknai Keberadaan dan Upaya Menyematkan Kebermanfaatan
- Meninggalkan Kenyamanan?
- Tabur Bunga di Sosial Media
- Kritisi dengan Solusi
- Semua Akan Seimbang Pada Waktunya
- Tabur Tuai
- Jangan Mati di Kawah Candradimuka
- Ketika Komunikasi (mulai) Kesemutan
- Filsafat dalam Kurikulum Pendidikan di Indonesia
- Prakarsa Perubahan : Peningkatan Public Speaking untuk Penguatan Kemandirian Peserta Didik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar