Kamis, 06 Desember 2012

Mengenal Sifat-sifat Khas Kepribadian Peserta Didik dengan Tipologi Spranger

Oleh: Eko Agus Triswanto,S.Pd.,S.Si
Manusia merupakan makhluk yang unik. Setiap manusia satu dengan yang lain pasti memiliki perbedaan. Meskipun ada yang disebut memiliki kesamaan, namun itu tidaklah mutlak, dan pasti ada salah satu unsure yang membedakan. Bahkan itu terjadi pada anak yang telahir kembar sekalipun. Demikian pula yang terjadi pada peserta didik. Semuanya pasti memiliki sifat-sifat khas kepribadian masing-masing.
Membicarakan perihal sifat-sifat khas kepribadian manusia, beberapa ahli berusaha menggolongkan manusia kedalam tipe-tipe tertentu berdasarkan cara pandangnya masing-masing. Dalam
kesempatan ini, penulis akan membahas tentang penggolongan sifat-sifat khas kepribadian manusia menurut Eduard Spranger yang kemudian disebut dengan tipologi Spanger, serta kaitannya terhadap peserta didik di sekolah.
Eduard Spranger adalah tokoh psikologi yang berdasarkan ilmu pengetahuan kerohanian, mengemukakan tipologi yang walaupun secara teori mengandung kelemahan-kelemahan, tetapi secara praktek sangat berguna, karena itu teorinya sangat popular. Pada dasarnya, pokok-pokok pikiran Spranger mengenai kepribadian manusia didasari dengan pendapatnya yang membedakan adanya dua Roh (Geist) kepribadian manusia. Adapun dua rokh (Geist) tersebut adalah:
a.       Rokh Subyektif Subbyektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individual)
b.      Rokh Obyektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan konkritnya merupakan kebudayaan yang telah menjelma selama berabad-abad, berkembang bersama dengan perkembangan manusia, rokh ini disebut dengan kebudayaan.
Setelah membedakan adanya dua macam rokh (geist) Sprager menjelaskan mengenai hubungan kedua macam rokh tersebut. Spranger menjelaskan bahwa antara rokh subyektif dan rokh obyektif tersebut berhubungan secara timbal balik. Nilai rokh subyektif yang terdapat pada masing-masing individu terbentuk dan berkembang dengan memakai kebudayaan sebagai norma. Sebaliknya, rokh objektif sendiri terbentuk dan berkembang tergantung pula pada rokh subyektif pada individual. Sebab individual-individuallah yang dari abad ke abad menciptakan nilai kebudayaan itu. Kebudayaan akan lenyap jika manusia-manusia tidak mendukung dan menghayatinya.
Berdasarkan hubungan di atas, Spranger selanjutnya membedakan enam lapangan hidup manusia. Adapun keenam lapangan nilai atau lapangan hidup itu adalah:
1.       Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)
2.       Lapangan ekonomi
3.       Lapangan kesenian
4.       Lapangan keagamaan
5.       Lapangan kemasyarakatan
6.       Lapangan politik
Bersandar kepada kenyataan bahwa biasanya hanya salah satu diantara nilai itu yang dominan dan ini memberi corak kepada kepribadian maka Spranger menggolongkan manusia menjadi enam tipe, yaitu:
No.
Nilai Kebudayaan yang dominan
Tipe
Tingkah laku
1.
Ilmu pengetahuan
Manusia teori
Berpikir
2.
Ekonomi
Manusia ekonomi
Bekerja
3.
Kesenian
Manusia estetis
Menikmati
4.
Keagamaan
Manusia agama
Memuja
5.
Kemasyarakatan
Manusia sosial
Berbakti/berkorban
6.
Politik/kenegaraan
Manusia kuasa
Ingin berkuasa/memerintah
Merujuk pada pendapat dari Spranger di atas, dalam upaya pengembangan diri peserta didik, tentunya para pendidik harus mengetahui tipe-tipe peserta didik. Dengan demikian pengembangan bisa lebih optimal baik itu melalui pembelajaran ataupun dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Hal ini diharapkan juga akan membantu dalam upaya bimbingan karir terhadap peserta didik, sehingga  pihak pendidik maupun peserta didik dapat mengetahui kebudayaan mana yang dominan mempengaruhi tingkahlakunya sendiri dan dapat mengembangkan sesuai dengan minat maupun bakatnya masing-masing.

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar