Relatif, memang. Bicara soal kenyamanan adalah sebuah kerelatifan yang bergantung pada setiap personal yang merasakan dan menakar rasa kenyamanan itu sendiri. Ada kalanya pada sebuah kondisi yang sama, tempat yang sama, waktu yang sama, namun pada kadar kenyamanan yang berbeda. Kenyamanan tercipta berdasarkan perasaan dari setiap person atau kondisi yang diciptakan dari sebuah organisasi. Ketika harapan terpenuhi, target terlampaui, realita sesuai ekspetasi, bisa dipastikan kondisi ini dalam posisi nyaman.
Lantas apa yang kita lakukan ketika kita sudah dalam posisi nyaman? Nikmati. Iya, nikmati kenyamanan itu. Bagaimanapun juga kenyamanan yang kita raih adalah sesuatu yang wajib dan patut kita syukuri dan kita nikmati. Namun akankah kenyamanan yang saat ini kita dapatkan masih akan terus berlaku dan masih kan kita rasakan pada saat nanti, besuk, lusa atau masa-masa berikutnya? Pada saat kondisi yang berbeda? Belum tentu. Melanjutkan langkah, menggapai cita-cita berikutnya, mencapai harapan selanjutnya, tentu akan menuntut kita untuk meninggalkan zona nyaman yang sebelumnya.
Zona nyaman koq ditinggalkan? Bukankah zona nyaman seharunya kita ciptakan dan kita nikmati? Bukankah dalam hidup, dalam bekerja, dalam belajar, kita inginkan dalam kondisi yang nyaman? Iya, benar. Dalam hal ini, kita meninggalkan zona nyaman guna mencetak dan memperlebar zona nyaman yang sudah kita dapatkan. Larut dalam perasaan nyaman yang berlebihan sehingga membuat kita mager tentu ini adalah hal yang negatif dalam kehidupan kita. Namun, ini bukan dalam arti kita tidak bersyukur.
Apa yang kita lakukan dalam memperlebar zona nyaman? Perubahan dan perubahan. Dalam konteks berkembang, sebuah perubahan adalah sesuatu hal yang niscaya harus dilakukan. Sudah barang tentu sebuah perubahan akan menciptakan suasana yang kurang nyaman. Nah, saat inilah yang saya sebut meninggalkan zona nyaman. Dalam sebuah perkembangan, kemajuan, yang menuntut adanya pencapaian-pencapaian dari program-program yang baru, baik itu dalam rangka menuju cita-cita, resolusi atau grand design dari personal maupun organisasi, jelas membutuhkan adanya perubahan. Perubahan dari kondisi sebelumnya untuk menggapai pencapaian-pencapaian yang baru.
Dalam sebuah organisasi, tentu tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk dapat membawa organisasinya terus bergerak dinamis menuju kesuksesan demi kesuksesan dengan sistem bergerak dari zona nyaman yang satu menuju zona nyaman berikutnya. Ada kalanya anggota organisasi ketika sudah nyaman dalam kondisi pencapaian tertentu, akan ada rasa enggan untuk bertransformasi menuju capaian berikutnya dengan harus meninggalkan kenyamanan yang telah dicapai. Dalam kondisi ini, tidak sedikit ketika pemimpin ingin adanya perubahan dan dinamis bergerak memperlebar zona nyaman dengan meninggalkan zona nyaman sebelumnya, justru akan menjadi public enemy dari anggota organisasinya. Nah, lho. Koq bisa?
Sekali lagi, dalam upaya mencapai keberhasilan demi keberhasilan, dari waktu kewaktu, dari kondisi ke kondisi berikutnya, butuh adanya perubahan dan perubahan. Baik itu berlaku pada setiap personal maupun organisasi. Lantas, bagaimana agar pemimpin yang membawa perubahan tidak menjadi public enemy di organisasinya? Dan personal dapat semangat untuk bergerak. berubah dan keluar dari zona nyaman? Salah satu yang harus diyakini adalah adanya profit dari perubahan itu sendiri. Baik profit secara personal maupun profit untuk organisasi. Baik profit dalam bentuk finansial, tercapianya goal dari organisasi, maupun profit-profit yang lainnya seperti kepuasan batiniah. Pemimpin harus bisa meyakinkan anggota organisasinya, bahwa dengan bergerak, dengan berubah, dengan meninggalkan zona nyaman, kita akan dapat menciptakan kenyamanan baru yang lebih tinggi dari kenyamanan sebelumnya.
Lantas, dalam hal ini tugas kita sebagai anggota organisasi apa? Ketika pemimpin sudah meyakinkan kita akan adanya profit dari perubahan, akan adanya profit dari keluar zona nyaman? Tugas kita adalah kembali pada komitmen personal. Komitmen untuk turut bergerak, turut berubah, turut keluar dari zona nyaman untuk menuju kenyamanan berikutnya sesuai dengan tujuan organisasi, dimana kita selaku personal menjadi sebagai salah satu anggotanya sesuai posisi kita masing-masing. [eat]
ekoagustriswanto, eko agus triswanto, ekoagustriswanto, eko agus triswanto, ekoagustriswanto, eko agus triswanto, ekoagustriswanto, eko agus triswanto,
Related Post
- Tabur Tuai
- Jangan Mati di Kawah Candradimuka
- Ketika Komunikasi (mulai) Kesemutan
- Mengubur Mimpi Tunas-tunas yang Telah Disemai
- Seberapa Kuat Si Tuman?
- Psikologi Pembelajaran untuk Generasi Z: Pendekatan yang Relevan di Era Digital
- Memaknai Keberadaan dan Upaya Menyematkan Kebermanfaatan
- Meninggalkan Kenyamanan?
- Tabur Bunga di Sosial Media
- Kritisi dengan Solusi
- Semua Akan Seimbang Pada Waktunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar