Mendiang Didi Kempot dalam lagu tersebut menganalogikan bahwa
padi (sebuah kebaikan) yang ditanam, malah tumbuh rumput teki (sebuah keburukan). Terlepas dari adanya sisi manfaat dari rumput teki, jika diartikan secara harfiah, kurang lebih menggambarkan sebuah kekecewaan atas terbalasnya sebuah niat baik dengan hasil keburukan.Dalam dinamika kehidupan, pada lingkup terkecil sekalipun, sering kita jumpai dan rasakan tentang hal ini. Ketika kita beri atau lakukan sesuatu yang positif, muncul di sana-sini unsur-unsur negatif melingkupi. Baik itu dari sisi internal maupun eksternal. Internal yang saya maksud adalah asumsi/perasaan kita, dan eksternal adalah kondisi nyata respon negatif dari pihak-pihak tertentu. Kondisi ini bisa saja dalam bentuk niat kita yang baik namun diterjemahkan negatif oleh pihak lain, maupun pemberian kita yang baik dibalas dengan keburukan oleh pihak lain.
Tetaplah Menabur Padi
Kecewa, memang. Sakit, juga iya. Tatkala kebaikan terbalaskan keburukan. Namun, apakah iya, kita musti berbalik justru menanam keburukan agar tidak ada kekecewaan ketika kita tuai keburukan? Saya kira itu bukanlah pilihan yang tepat. Bahkan sangat tidak tepat. Mengapa? Analisa sederhana dari analogi padi dan rumput teki di atas bisa kita telaah sedikit lebih dalam.
Seolah menjadi sebuah kelaziman jika kita menanam padi di sautu lahan, lantas di sekitarnya tumbuh rumput teki atau gulma. Namun akankah jika kita menanam rumput teki akan tumbuh padi di sekitarnya? Tentu saja tidak mungkin. Analogi inilah yang saya rasa sangat tepat untuk memotivasi kita untuk terus menanam kebaikan. Ketika kita menanam kebaikan, kita pasti akan tuai kebaikan pula, meski ada kalanya kita terima keburukan. Namun akan mustahil kita akan mendapatkan kebaikan ketika kita tabur keburukan.
Tabur-tuai kebaikan keburukan di atas yang mana ada kalanya kebaikan berbalas keburukan sebenarnya hanyalah ketika itu berurusan dengan sesama manusia. Sebab, ketika sudah berurusan dengan Tuhan maka hal di atas tak akan berlaku. Sebab niatlah yang akan menjadi penentunya. Apapun yang kita lakukan, dengan niat sebuah kebaikan, maka Tuhan tidak akan pernah selisih sehelai benangpun, dalam membalas dengan kebaikan. Berlaku pula dengan sebaliknya tentang niat keburukan. Maka, yuk, untuk tetap konsisten dan komitmen dalam menabur padi.
E.A.T., 5 Desember 2021
Related Post
- Kritisi dengan Solusi
- Semua Akan Seimbang Pada Waktunya
- Tabur Tuai
- Jangan Mati di Kawah Candradimuka
- Ketika Komunikasi (mulai) Kesemutan
- Psikologi Pembelajaran untuk Generasi Z: Pendekatan yang Relevan di Era Digital
- Memaknai Keberadaan dan Upaya Menyematkan Kebermanfaatan
- Meninggalkan Kenyamanan?
- Tabur Bunga di Sosial Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar