Kamis, 14 Maret 2019

Seberapa Kuat Si Tuman?


 Kini, dunia maya tanah air mempunyai tokoh tenar baru. Namanya Si Tuman. Bahkan dari dunia maya, merambah dibahas pula di dunia nyata. Padahal, jika digagas lebih dalam, sosok Tuman ini sendiri bisa dibilang penting ga penting. Mengapa demikian? Ya, karena sebenarnya tuman hanyalah ungkapan biasa yang memang dari dulu sudah ada, yang merupakan kata sifat yang bisa diartikan sebagai "kebiasaan". Lantas, mengapa kini kata tuman begitu viral?

     Saat ini berserakan banyak kita temui meme tuman lalu-lalang di media sosial. Dengan ilustrasi seseorang menyampaikan sebuah ungkapan kekecewaan, lantas
diakhiri dengan kata tuman dan gerakan menampar wajah seseorang yang dianggap mengecewakan. So, kata tuman yang sebenarnya biasa saja, akhirnya lebih menjadi sebuah luapan kemarahan yang disertai kekerasan dengan disertai ilustrasi yang demikian. Nah, tak dapat dipungkiri akhirnya kehadiran sosok tuman ini pun mengundang pro-kontra dari warga netizen.

     Bagi masyarakat yang setuju dengan viralnya "tuman" ini menganggap bahwa meme ini tidak lebih dari sebuah kelucuan belaka. Dengan kreativitas pencipta meme, akhirnya ratusan ungkapan kekecewaan bisa di gambarkan dengan model-model yang lucu. Namun, lain sisi menentang adanya meme "tuman", karena gambar menampar wajah dianggap sebagai tindakan kekerasan yang memang tidak pantas jika dikonsumsi publik, khususnya anak-anak yang mudah meniru.

      Menyikapi dengan pro-kontra di atas, saya lebih memposisikan sebagai penyaring saja. Saat ini tidak bisa kita pungkiri, bahwa apapun yang tersebar dengan mudah ini adalah dampak dari perkembangan teknologi. Lagi-lagi, perkembangan ini tidak bisa kita cegah maupun kita hindari. Tetapi kita masih memiliki pilihan untuk menyaring. Kita bisa membuat pengertian, bahwa ungkapan "tuman" itu biasa saja. Namun, mengungkapkan dengan kekerasan adalah merupakan perbuatan yang salah. 

        Tentang fenomena viral sebenarnya bukanlah menjadi hal yang aneh di Indonesia ini. Sebagai negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan tingkat konsumtif yang tinggi, maka sedikit hal yang dianggap aneh, heboh, seru akan mudah tersebar. Hampir semua kalangan, kapanpun, dimanapun, tidak lepas dari gadget. Sebelum "tuman" menjadi viral seperti ini, bukankah banyak ungkapan yang juga sempat viral juga? Om Telolet om, Masuk Pak Eko, misalnya. Nah, tinggal memprediksi saja, seberapa lama Si Tuman akan bertahan? Dan siapakah yang akan terhibur dengan kehadiran Si Tuman? Atau terluka, malah. 




E.A.T

Surabaya, 140319

Related Post

1 komentar: