Sabtu, 01 April 2023

Mengubur Mimpi Tunas-tunas yang Telah Disemai

Oleh: Eko Agus Triswanto

Tinggal menghitung hari. Pelaksanaan drawing  piala dunia U-20 itu akan segera dimulai. Sebuah ajang  yang telah disiapkan sekian lama, diperjuangkan dengan luar biasa agar terpilih menjadi tuan rumah, dan tentu menjadi impian para punggawa garuda muda untuk berlaga diperhelatan sepakbola level dunia, harus gagal total.

Bermula dari sikap beberapa pimpinan daerah yang menolak kehadiran timnas Israel datang di daerahnya. Dipertegas dengan surat yang

dilayangkan oleh kepala daerah atas penolakan itu, bocor dan melebar kemana-mana. Ditambah lagi dengan aksi-aksi, sepanduk-sepanduk dari beberapa organisasi terkait penolakan timnas Israel datang ke Indonesia. Hal ini rupanya membuat FIFA sebagai otoritas tertinggi sepakbola dunia bereaksi. Drawing piala dunia U-20 yang sedianya akan digelar di Bali tanggal 31 Maret 2023 secara resmi ditunda. Insan sepakbola negeri mulai panik. Kabar-kabar beredar, dan pelbagai opini tentang kemungkinan yang akan ditanggung oleh Indonesia pun menyeruak.

Reaksi FIFA kian tegas. Anthem piala dunia yang dilantunkan oleh penyanyi Indonesia dan sudah tayang di laman resmi FIFA dihapus. Desas-desus pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20 semakin kuat. Hal ini direspon cepat oleh pemerintah dengan memberangkatkan Ketum PSSI, Erick Thohir menemui presiden FIFA. Harapan dari jutaan warga Indonesia terutama mimpi-mimpi punggawa garuda muda,  seakan menumpu pada upaya pemerintah untuk melobi FIFA atas kemungkinan dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20.

Upaya tinggallah upaya. Harapan dan mimpi ternyata tak selaras dengan keputusan FIFA yang secara resmi mengumumkan pada lamannya,  bahwa FIFA membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Bak mimpi paling buruk, hal ini membuat semua insan sepakbola negeri ini berduka.

Hal yang menjadi salah satu perhatian adalah ungkapan kekecewaan, kesedihan dari para punggawa Garuda Muda,  khususnya yang diekspresikan di media sosial masing-masing. Tentang bagaimana mereka menyemai mimpi untuk bisa bermain sepakbola di level dunia, ternyata harus musnah. Persiapan panjang sekian tahun, gemblengan keras dari pelatih selama ini menjadi hal yang percuma. Semua hilang,  gegara munculnya penolakan-penolakan dari pihak yang disinyalir sarat muatan politik. 

"Kami kecewa tentang gagalnya Pildun-20 jangan bilang "halah pildun doang hasil give away" walau hasil give away atau apapun yang kalian sebut kita juga latihan mati-matian, sehari 3-4 kali latihan, gimana capenya gimana beratnya kalian belum ngrasain. Sekarang udah seperti ini.... siapa yang mau disalahkan? bangun!!!! kalian hanya mimpi" ungkapan Hokky Caraka dalam instastorynya.

"TERIMAKASIH PAK orang tua saya tidak bisa cerita ke teman"nya kalau punya anak yg sangat membanggakan karna bisa main di piala dunia" ungkap Arkhan Fikri pada salah satu komentar di twitter yang tertuju pada salah satu kepala daerah yang melakukan penolakan terhadap kehadiran Timnas Israel.

Dalam media sosialnya Erick Thohir pun membuat postingan sebuah image hitam. Seolah hal ini merepresentasikan sebuah kegelapan masa depan sepakbola negeri ini. Atau mungkin sebuah kondisi gelap akan adanya beberapa kemungkinan sanksi dari yang akan ditanggung oleh PSSI. Para punggawa garuda muda lantas melakukan aksi dengan memaksa pita hitam pada lengan kiri, sebagai ungkapan bahwa sepakbola Indonesia sedang berduka.

Nasi sudah menjadi bubur. Mimpi-mimpi itu terpaksa harus terkubur. Tidak ada yang menyangka bahwa sikap dari beberapa pemerintah daerah, tokoh dan organisasi yang menolak kedatangan timnas Israel ini berakibat pada pupusnya harapan-harapan tunas muda yang telah lama disemai. Disamping itu insan pelaku, pecinta dan siapapun yang terlibat dalam sepakbola dinegeri ini, saat ini tengah dalam kecemasan menunggu keputusan FIFA akan sanksi terhadap Indonesia. 

Terlepas dari FIFA yang dinilai oleh beberapa pihak juga ada unsur politik atau kurang fair dalam memberikan keputusan pembatalan piala dunia U-20 di Indonesia ini, kita semua berharap agar para pimpinan daerah yang disinyalir menjadikan penolakan ini sebagai upaya pencarian panggung politik, dapat lebih bijak dalam bersikap. Dalam mengambil keputusan. Sebab sebelumnya, ada event-event yang melibatkan pihak negara Israel, namun tidak muncul gejolak. Bahkan aman-aman saja. Namun karena gelaran ini dirasa dapat menarik perhatian msayarakat banyak, para pimpinan yang berkepentingan ini seolah caper. Mengapa menjelang drawing tinggal menghitung hari muncul gejolak? 

Saat ini kita tinggal menunggu kira-kira sanksi apa yang akan FIFA berikan kepada PSSI. Sebab, sejak terjadinya tragedi Kanjuruan Oktober 2022 lalu, FIFA telah melakukan pemantauan, mediasi-mediasi dalam rangka perbaikan sistem sepakbola negeri ini. Jika ada sanksi atas kegagalan menjadi tuan rumah piala dunia U-20 ini, semoga sanksi yang diberikan oleh FIFA dapat menjadikan sistem persepakbolaan di negeri ini lebih baik. Dan, kepada para punggawa garuda muda, jangan menyerah. Kami yakin bahwa jalan kesuksesan kalian tidak semata pada ajang piala dunia U-20 ini. [eat]


piala dunia u-20 , eko agus triswanto, #pialaduniau20 #gagalpialaduniau20 #pssi #fifa

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar