Rabu, 18 Maret 2015

Belajar Bijak di Planet Dinamika

    Tulisan ini saya buat beberapa menit setelah penayangan sebuah acara talk show yang bertajuk Mata  Najwa di Metro TV. Temanya menarik, yakni "Pemicu Kontroversi". Bintang tamunya pun tak kalah menarik. Beliau adalah
sosok yang beberapa waktu lalu menjadi trending topick di media sosial. Ya, beliau adalah H. Abraham Lunggana yang lebih akrab dipanggil dengan nama Haji Lulung. Pembahasan pada acara talk show ini tak lain adalah masih seputar perseteruan antara kubu DPRD DKI Jakarta dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, gubernur DKI Jakarta yang geger gara-gara saling mengungkit anggaran siluman yang tengah bergulir maupun yang masih direncanakan.
      Ada upaya mediasi antara dua kubu yang sedang berkonflik dengan menggelar sebuah forum meskipun akhirnya bukan solusi yang diperoleh melainkan semakin semrawutnya masalah. Nah, di sana membumbunglah nama Haji Lulung, wakil ketua DPRD DKI yang sangat vokal dalam melayani kengototan gaya bicara khas dari Ahok. Ditambah lagi dengan kesalahan dalam menyebut UPS menjadi USB ketika diwawancarai media, maka semakin meledaklah nama Haji Lulung. Tagar #savehajilulung menjadi tranding topick. Meme tentang Haji Lulung betebaran di mana-mana. Banyak shouvenir akhirnya muncul dengan bergambarkan animasi maupun tulisan Haji Lulung. Ya, Beliau mendadak tenar.
      Dan hari ini, ketika Haji Lulung berbincang (berdebat) dengan Najwa Sihab, beliau tampak begitu bijak dalam meberikan tanggapan-tanggapan terhadap pendapat-pendapat masyarakat yang tengah berlaku pada dirinya. Pembawaannya cukup tenang. Penjelasan-penjelasan tentang anggaran UPS dan biaya pendidikan yang terkesan tidak masuk akal dan terkesan memojokkan beliau pun dapat dipaparkan dengan gamblang. Yang paling menarik menurut saya adalah tanggapan beliau tentang meme-meme lucu dan shouvenir yang berkaitan dengan  beliau. Beliau bilang ikhlas dan jika dianalisa secara positif ternyata kekreativitasan masyarakat dengan membuat meme dan shouvenir itu dapat bernilai ekonomi. Kalau sudah begini, maka bukan tidak mungkin orang yang dulu pro Ahok menjadi simpatik pada Haji Lulung. Nah, mana protagonis, mana antagonis, kini semakin buram keberadaannya.
       Tidak hanya dalam ranah politik saja yang menampilkan peran-peran protagonis dan antagonis dalam membentuk sebuah dinamika di dalam ceritanya. Dalam kehidupan keseharian yang kita jalani pun pasti juga akan terjadi dinamika-dinamika tersebut. Jika menyoal tentang siapa protagonis dan antagonisnya, kalau menurut saya itu juga relatif. Sering kita memberi label seseorang dengan predikat protagonis jika apa yang difikirkan dia dan dilakukan oleh dia itu sepaham dengan kita. Dan sebaliknya sering kita menganggap seseorang menjadi antagonis gara-gara dia tak sepaham dengan kita. Padahal peran-peran yang mereka atau kita lakukan dalam hidup ini adalah sama, yaitu bertahan dalam hidup itu sendiri. Hanya saja ketaatan pada hukum, aturan atau norma yang berlakulah nanti yang akan membedakan nilainya.
         Dewasa ini, media sosial juga menjadi sebuah fasilitas yang sangat terbuka dalam pembentukan sebuah dinamika kehidupan khususnya dalam bidang komunikasi. Pujian-pujian, keluhan, umpatan, curhatan maupun sindiran terhadap seseorang maupun kelompok tertentu sering diluapkan di media sosial ini. Artinya, ini akan membuat komunikasi menjadi semakin dinamis. Dinamis di sini bukan semata keharmonisan atau kesepahaman saja, melainkan pertentangan-pertentangan dan gesekan-gesekan. Dari kesepahaman dan pertentangan atau pro dan kontra itulah yang disebut dinamika. Kebijakan-kebijakan kita dalam menanggapi dinamika kehidupan tersebut, tentu akan menentukan sejauh mana kualitas kehidupan kita. Sebagaimana Haji Lulung yang ambil sisi positif dari hujatan-hujatan maupun sindiran-sindiran yang ditujukan pada dirinya, meski sempat beliau mengajukan somasi pada salah Kaka SLANK yang memakai kaos bertuliskan Haji Lulung Lulusan Pemulung. Akan tetapi dengan besar hati beliau menarik somasi tersebut.
        Berbeda paham itu manusiawi. Bahkan bisa jadi seseorang yang sebenarnya pendapatnya sama dengan kita, akan tetapi dia tidak ada pada kubu kita akhirnya dia rela merubah pendapatnya. Pada intinya dia akan selalu berada berseberangan dengan kita. Dari sini sebenarnya kita bisa belajar banyak. Dengan adanya orang-orang yang selalu berseberang pendapat denga kita, maka kita dapat instropeksi apakah pendapat kita sudah benar apa belum. Jika kita rasa sudah benar tetapi tetap saja ditentang maka kita bisa belajar bagaimana kita dapat mempertahankan pendapat tersebut. Kesimpulan dari dinamika-dinamika yang terjadi pada kehidupan ini, banyak hal yang bisa kita pelajari dan kita jadikan bekal perjalanan hidup. (e.a.t)

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar