oleh: Ei
A. Pengantar Manajemen
Organisasi
1. Pengertian Dasar tentang Manajemen
a. Definisi Manajemen
SP. Malayu Hasibuan,
menggambarkan bahwa manajemen adalah sebagai ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDNM (Sumber Daya Non Manusia) lainya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
GR Terry memberi pengertian bahwa manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai tujuan dengan
menggunakan sumber daya yang ada dalam organisasi
Jadi manajemen merupakan suatu proses yang
melibatkan kegiatan perencanaan, perorganisasian, pengalaman dan pengendalian
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Fungsi Manajemen
Ø
Perencanaan
Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi
tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan
itu. Disamping itu, rencana memungkinkan untuk:
·
Organisasi bisa memperoleh dan
mengikat sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.
·
Para anggota organisasi untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konstisten dengan berbagai tujuan terpilih.
·
Kemajuan dapat terus dimonitor
dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila tingkat kemajuan
tidak memuaskan.
Fungsi
perencanaan (planning) antara lain:
·
pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi
·
penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapi tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.
Ø
Pengorganisasian
Pengorganisasian (Organizing) antara lain:
·
penentuan sumberdaya dan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi
·
perancangan dan pengembangan
suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat ”membawa” hal-hal tersebut
kearah tujuan
·
penugasan tanggung jawab
tertentu
·
pendelegasian wewenang yang
diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Ø
Penyusunan personalia
Penyusunan personalia (staffing) adalah penarikan
(recruitment) latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian
orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan
produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen menentukan
persyaratan-persyaratan mental, phisik, dan emosioanal untuk posisi jabatan
yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan dan
kemudian menarik karyawan yang diperlukan dengan karakteristik personalia
tertentu.
Ø
Pengarahan
Fungsi pengarahan (leading), secara sederhana,
adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, dan
kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi,
motifasi dan disiplin. Fungsi leading sering disebut dengan bermacam-macam
nama, antara lain leading, directing, motifating, actuating atau lainnya.
Ø
Pengawasan
Pengawasan
(controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2. Pengertian
Dasar tentang Organisasi
a. Definisi Organisasi
Organisasi
merupakan suatu pola kerja sama antara orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu, (Wexlwy
and Yulk).
Organisasi
adalah suatu kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan, (Stephen P.Robbins)
Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan kumpulan manusia yang
diintegrasikan dalam suatu wadah kerjasama untuk menjamin tercapainya
tujuan-tujuan yang ditentukan.
b. Ciri-ciri Organisasi
Ø Lembaga
sosial yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang
ditetapkan.
Ø Dikembangkan
untuk mencapai tujuan
Ø Secara sadar
dikoordinasi dan dengan sengaja disusun
Ø Instrumen
sosial yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi.
c. Karakteristik Organisasi
Ø
Paradigma
mekanik (mechanism paradigm)
Adalah paradigma yang
menganggap organisasi sebagai suatu mesin yang bekerja dengan suatu keteraturan
dan keajegan tertentu yang menekankan adanya suatu tingkat produktivitas
tertentu, yang ingin mencapai taraf efisiensi tertentu, dan dikendalikan oleh
suatu legitimasi otoritas pimpinan.
Ø
Paradigma
Organik (organism paradigm)
Adalah paradigm yang
memandang organisasi sebagai suatu sistem yang menekankan pada unsur manusia
sebagai pelaku utama.
d. Unsur-unsur Organisasi
Secara sederhana
organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama, dan ada tujuan
bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi
saling kait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Adapun unsur-unsur organisasi secara terperinci adalah :
Ø Man
Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau
ketata lembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel yang
merupakan unsur kekuatan manusiawi (man power) dari sebuahorganisasi.
Ø Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu perbuatan bantu-membantu
akan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Ø Tujuan Bersama
Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapai.
Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur,
program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran
(budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
Ø Peralatan (Equipment)
Unsur yang keempat adalah peralatan atau equipment
yang terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang
modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).
Ø Lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya,
ekonomi, dan teknologi.
Ø Kekayaan Alam
Yang
termasuk dalam kekayaan alam ini misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca
(geografi, hidrografi, geologi, klimatologi), flora dan fauna.
3. Manajemen dan Implementasnya
dalam Organisasi
Manajemen pada prinsipnya bagaimana mengatur kegiatan agar berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan secara
optimal sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan yang diharapkan tersebut akan
berhasil dengan baik bilamana kemampuan manusia yang terbatas baik pengetahuan,
tehnologi, skill maupun waktu yang dimiliki itu, dapat dikembangkan dengan membagi
tugas pekerjaannya, wewenang dan tanggung jawabnya kepada orang lain sehingga
secara sinergis dan mutual simbiosis membentuk kerjasama dan kemitraan yang
saling menguntungkan dan pencapaian tujuan lebih baik, tanpa ada kerjasama yang
baik maka tidak ada "manajemen". Bila toh ada, adalah manajemen
tradisional atau otoriter.
Manajemen dikatakan penting dalam menjalankan kegiatan
organisasi, dikarenakan oleh:
a. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk di kerjakan sendiri, sehingga
diperlukan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam
penyelesaiannya.
b. Suatu organisasi akan berhasil guna dan berdaya guna
c. Manajemen yang baik dapat meningkatkan kinerja dari semua potensi yang
dimiliki
d. Manajemen yang baik akan menghindari dan mengurangi pemborosan
e. Manajemen yang baik harus jelas sasaran yang hendak dituju
f.
Manajemen merupakan suatu pedoman pemikiran dan tindakan
kegiatan organisasi
g. Manajemen yang baik selalu mengedepankan kerjasama, keharmonisan,
komunikasi yang kontruktif, seimbang, searah saling menghormati, dan menghargai
mencintai sebagai tujuan dapat dioptimalkan.
h. Manajemen diperlukan untuk kemajuan, dan pertumbuhan Juga perkembangan agar
lebih baik lagi.
B. Manajemen Konflik
1. Definisi Konflik
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik
sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara
perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang terancam (Deutsch, 1969).
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat atau pertentangan
antara dua atau lebih individu-individu atau kelompok-kelompok atau unit-unit
kerja dalam organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus
membagi sumber daya yang terbatas dalam aktivitas kerja dan kenyataan bahwa
mereka memiliki tujuan, nilai, persepsi, dan interes yang berbeda.
2. Jenis-jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner
dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu:
a.
Konflik
Intrapersonal
Konflik intrapersonal
adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya
terdapat hal-hal sebagai berikut:
1)
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
2)
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan
dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3)
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara
dorongan dan tujuan.
4)
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang
menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a) Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
b) Konflik pendekatan-penghindaran,
contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c) Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b.
Konflik Interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini
merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota
organisasi yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
c.
Konflik antar individu-individu dan
kelompok-kelompok
Hal ini
seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai target, kesepakatan atau aturan yang ditekankan kepada mereka oleh
kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu
dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma
produktivitas kelompok dimana ia berada.
d.
Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik
ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi.
Konflik antar lini dan staf, pekerja dan manajemen merupakan dua contoh konflik
antar kelompok.
e.
Konflik antara organisasi
Contoh
seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain
dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan
persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan
timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru,
harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konflik
a. Faktor internal
1) Kemantapan
organisasi ; Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri
sehingga tidak mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya
dalah seseorang yang matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan
menghargai perbedaan nilai dan lain-lain.
2) Sistem
nilai ; Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi
landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu
itu baik, buruk, salah atau benar.
3) Tujuan
; Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta
para anggotanya.
4) Sistem
lain dalam organisasi ; Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem
pengambilan keputusan, sisitem imbalan dan lain-lain.
b. Faktor eksternal
1) Keterbatasan
sumber daya ; Kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan
seterusnya dapat berakhir menjadi konflik.
2)
Kekaburan aturan/norma di masyarakat ; Hal ini memperbesar
peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
3)
Derajat ketergantungan dengan pihak lain ; Semakin tergantung
satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
4)
Pola interaksi dengan pihak lain ; Pola yang bebas memudahkan
pemamparan dengan nilai-nilai lain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap
kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
4. Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui
kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada
beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :
a. Introspeksi
diri ; Bagaiman kita biasanya menghadapi konflik ? Gaya apa yang biasanya
digunakan? Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk
dilakukan sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita.
b. Mengevaluasi
pihak-pihak yang terlibat ; Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak
yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka
miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan
mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani
konflik semakin besar jika kita melihat konflik yang terjadi dari semua sudut
pandang.
c. Identifikasi
sumber konflik ; Seperti dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja.
Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya
lebih terarah kepada sebab konflik.
d. Mengetahui
pilihan penyelesaian konflik yang ada dan memilih yang tepat.
Lima tindakan dalam
penanganan konflik berdasarkan Spiegel (1994) antara lain:
a. Berkompetisi ;
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas
kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi
saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih
utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang
-kalah (win-win solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa
dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa
dilakukan dalam hubungan atasan-bawahan, dimana atasan menempatkan
kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari
konflik ; Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari
situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini.
Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk
mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik
bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah
lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang
menyelesaikan persoalan tersebut.
c. Akomodasi ;
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar
pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini dilakukan jika
kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap
menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan
pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
d. Kompromi ;
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing
pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi
menang-menang (win-win solution)
e. Berkolaborasi ;
Menciptakan situasi menang-menag dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan
ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika
terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi
menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.
5.
Aspek positif dalam konflik
Konflik
bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola
dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
a. Membantu setiap orang
untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
b. Memberikan saluran
baru untuk komunikasi.
c. Menumbuhkan semangat baru pada staf.
d. Memberikan kesempatan untuk menyalurkan
emosi.
e. Menghasilkan distribusi sumber tenaga
yang lebih merata dalam organisasi.
Apabila konflik mengarah pada kondisi
destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam
organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi
terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi
destruktif, berupa demonstrasi.
C. Kepemimpinan dalam Organisasi
1. Pengertian dasar kepemimpinan
a. Kepemimpinan adalah suatu
seni dalam proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mereka mau bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok (Koontz dan Donnel, 1982)
b. Kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan
bersama (Terry, 1954)
Dari
dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah berkenaan
dengan pengaruh terhadap orang-orang untuk mencapai tujuan bersama.
2. Gaya kepemimpinan
Berdasarkan cara memotivasi
bawahan, kepemimpinan dibagi menjadi
a. Gaya kepemimpinan yang
positif
Yaitu kepemimpinan yang dalam
pemberian motivasinya ditekankan pada pemberian imbalan atau reward (baik ekonomis maupun non
ekonomis).
b. Gaya kepemimpinan yang
negative
Yaitu kepemimpinan yang
memotivasi karyawannya dengan menggunakan hukuman atau punishment.
Berdasarkan menggunakan
kekuasaannya gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Pemimpin otokratik
Pemimpin yang memusatkan kuasa
dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang
rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
b. Pemimpin partisipasif
Adalah pemimpin yang lebih
bayak mendesentralisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang
diambil tidak bersifat sepihak.
c. Pemimpin bebas kendali
Adalah
pemimpin yang menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkan
kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya
sendiri.
Model kepemimpinan
Situasional menurut Hersey dan Blanchard:
a.
Directing adalah gaya yang tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut, atau apabila kita
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan.
b.
Coaching adalah gaya yang tepat
apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada staf untuk mengerti
tugasnya, dengan membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
c.
Supporting adalah gaya yang dapat
digunakan apabila karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih baik dekat dengan kita. Dalam hal ini, kita
lebih melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan kerja, serta mendengarkan
saran-saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
d.
Delegating adalah gaya yang akan
berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalam
pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atas kemampuan
dan inisiatifnya sendiri.
3. Peran Pemimpin
Morgan (1996:156)
mengemukakan tiga macam peran pemimpin yang disebut dengan “3A”, yakni:
a. Alighting: menyalakan
semangat pekerja dengan tujuan individunya
b. Aligning: menggabungkan
tujuan individu dengan tujuan orgqnisasi sehingga setiap orang menuju kea rah
yang sama
c. Allowing: memberikan
keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara mereka bekerja.
D. Administrasi Kesekretariatan Organisasi
Administrasi merupakan proses
penyelenggaraan setiap usaha
kerjasama manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk terselenggaranya administrasi
dengan baik dan mencapai tujuan diperlukan suatu proses yang tertib.
Administrasi dalam
pengertian luas maupun
sempit, dalam
penyelenggaraannya diwujudkan dalam fungsi-fungsi administrasi, yang
terdiri dari perencanan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
Untuk menyelenggarakan administrasi organisasi secara efektif, diperlukan adanya suatu tempat tertentu
atau pusat
aktivitas segala
sesuatu yang berhubungan dengan organisasi. Tempat penyelenggaraan administrasi organisasi dinamakan ” Sekretariat Organisasi” atau dengan
kata lain ”Kantor Organisasi”.
Kesekretariatan
dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan penataan
terhadap pekerjaan perkantoran (surat-menyurat) dan tugas-tugas bantuan lainnya
dalam rangka menunjang kelancaran pencapaian tujuan organisasi.
Adapun bentuk-bentuk pola
penataan, yaitu:
a. Merencanakan (Planning)
b. Menyusun (Arranging)
c. Menghimpun (Collecting)
d. Mencatat (Recording)
e. Mengolah (Processing)
f.
Mengendalikan (Controlling)
g. Mengirim (Transfering)
h. Menyimpan (Filing)
Adapun fungsi dasar Administrasi Kesekretariatan adalah
sebagai berikut :
a. Mengadakan pencatatan atau recording semua kegiatan
manajemen.
b. Sebagai alat pelaksanaan pusat ketatausahaan.
c. Pengendali informasi internal dan eksternal organisasi
d. Sebagai alat komunikasi organisasi.
e. Sebagai alat pelaksana pemegang rahasia organisasi.
f.
Sentral teknologi transfer informasi.
g. Sebagai pusat dokumentasi atau master file.
Elemen
kesekretariatan:
a. Sumber daya manusia/ pengurus
Sebuah sistem tidak mungkin bisa dijalankan tanpa ada manusia yang
menjalankannya, termasuk kesekretariatan ini. Sebuah organisasi, sebaiknya memiliki divisi atau biro tersendiri yang SDMnya khusus
mengelola sistem kesekretariatan. Biro ini biasanya bersifat internal karena
bertugas mendukung kinerja intern organisasi.
b. Sekretariatan
Sebuah organisasipun harus memiliki tempat tersendiri sebagai basecamp, yang berfungsi
sebagai pusat administrasi serta tempat silaturahim, bekerja, dan berkoordinasi
antar pengurus
c. Perlengkapan dan kelengkapan
kesekretariatan
Untuk menunjang berjalannya
sebuah organisasi, sebuah kesekretariatan yang pasti memiliki peralatan dan perlengkapan
standar minimum untuk bisa menjalankan fungsinya. Peralatan dan perlengkapan
standar, seperti
: Lemari,
komputer, peralatan kantor /alat tulis,
sarana komunikasi antar pengurus (papan pengumuman), alat-alat
kebersihan dan lain-lain.
d. Identitas organisasi
Identitas
organisasi menjadi elemen penyokong
eksistensi organisasi. Identitas organisasi
merupakan tanda pengenal dasar atau ciri khusus dari suatu organisasi yang
membedakannya dari organisasi lain. Biasanya, identitas organisasi
direalisasikan dan divisualisasikan dengan sebuah logo/lambang organisasi,
papan nama, bendera, stempel dan lain-lain.
Related Post
- Jangan Mati di Kawah Candradimuka
- Ketika Komunikasi (mulai) Kesemutan
- Kritisi dengan Solusi
- E-book Perilaku Organisasi
- E-book Ringkasan The 7 Habits of Highly Effective People" (Stephen R.Covey)
- Penyusunan Program dan Penyusunan Usulan Kegiatan (Untuk Ormawa)
- MANAJEMEN ORGANISASI
- Meninggalkan Kenyamanan?
- Semua Akan Seimbang Pada Waktunya
- Tabur Tuai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar