Bukan kedahsyatan sajian sambal terasi,
Namun kesegarisan antara mata, piring dan kaca sepecah. Televisi.
Lezat tak lezat, di sana ada rasan-rasan yang pantang basi
Nikmat tak nikmat, di sana ada paras-paras molek bukan pasi
Duh, lihai benar samarkan provokasi.
Belumlah luruh rasa mual oleh lelucon transisi
Berkutat dalam lubang dubur manipulasi
Muncullah muncul tiba-tiba semacam karnaval jas berdasi
Masing-masing kubu tarik menarik kursi
Deru asa kami mampus melihat perut Bapak-Ibu menggembol ambisi
Duh, hidangan makanku tiba-tiba turut sensi.
Bukan, ini bukan pancaroba tradisi
Gumanku pada otak penuh intimidasi
Agar tak surut niatku turut kontribusi
Atau sekedar agar kakus rutin terisi
Persetan berita-berita korupsi
Persetan kabar-kabar media tendensi
Akan ku bikin negeriku, negeri ilusi
Layaknya kenyamananku berimajinasi
Sebagaimana tololku yang berkoar dalam puisi.
Ku sudahi sarapan, niat bergegas mencari penukar nasi
Melewatkan sungut-sungut menceloteh menteri kontroversi, Ibu Susi
Ku raba remote sebab berita racuni sambal terasi
Tersentak, si Tessy digelandang Polisi.
E.A.T.
Surabaya, 31 Oktober 2014, 15.19 WIB.
Surabaya, 31 Oktober 2014, 15.19 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar