Namun kertas-kertas sudah pasang
kepala
“Punggawa negara resmi tersangka”
Geser ke sebelah, terdapat kaca
sepecah
Muka serius berceloteh gamblang
“Negara melahirkan generasi pembangkang”
Kata-kata mengudara, bak kontes adu
pita suara
Frekuensi teratur, debat otot kian
nglantur
“Mahasiswa minta, Pak Lurah mundur”
Sekotor inikah udara negeriku kini?
Hingga orok pun tak luput warta
sensi
Membuncah sudah duri-duri ngeri
Karena kecantikannya telah dikuliti
Kugores pena ini berlawanan jaman
Sambil harap agar tak jadi berita
Kiranya aku ada generasi, ku ingin
titipkan pesan
Bahwa dulu di negerikua banyak
warta, “Panen Raya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar