Teringat waktu sudah mendekati Unas, di bangku pojok belakang kelas XII
IPA 1 sebelah kiri bersanding dengan jendela kaca yang menghadap
langsung ke jalan pinggir sawah itu. Bahasa inggris, yang adalah
pelajaran keren itu sedang berlangsung. Guru cantikku dengan cantik pula
menerangkan materi, ba, bi, bu mungkin seperti itu, karena setiap
pelajaran ini berlangsung selalu saja telinga saya bagai jalan tol.
Kuping kanan gerbang pintu masuk, dan kuping kiri gerbang pintu keluar.
Weesss tak sedikitpun mampir di otak. Atau otakku memang tak menarik
yang tak ada sajian jajanan khusus sehingga si ilmu pelajaran bahasa
inggris itu tak ada sudi-sudinya untuk singgah. Ah... yang penting absen
terisi, gak bikin gaduh kan sudah beres. Kunikmati saja keadaan ini toh
paling lama juga waktu pelajaran ini seperti dua babak main sepak bola.
Dua kali empat puluh lima menit. Kutaruh kepala yang sebenarnya tak
terlalu berat ini di meja, sembari menghadapkan wajah ini ke arah luar
jendela. Kunikmati suasana luar dengan menyaksikan bapak ibu petani
sibuk menggarap sawahnya. Cukup asik, setidaknya bisa menghabiskan waktu
pelajaran ini. Mata memandang, informasi meluncur ke otak, diolah
dengan rasa, melahirkan imaji-imaji, dan terlalu tinggi, membuat mata
yang semula terbuai dengan pemandangan luar jadi terpejam. Entah berapa
lama itu berlangsung, yang jelas dari sekian teman di kelas bersahabat
sekali dengan keadaan itu. Tak sedikitpun gaduh yang membangunkanku.
Sepulas-pulasnya tidur dengan keadaan itu pasti ada rasa was-was
dibenakku takut pula jika si bu guru tahu. Setengah sadar ku paksa
membuka mata untuk mengamati apakah bu guru cantik mengamatiku pula.
Kalau bu guru tak tahu, lanjuuut. Mataku terbuka, dan kok pemandangannya
berbeda? Semula yang di depanku adalah pemandangan sawah, tapi ini
berganti dengan benda datar berdiri berwarna kehijau-hijauan. Masih
belum jelas. Kukucek mata, dan ya ampuuun. Ada buku ukuran folio tepat
menghalangi pandanganku dengan arah jendela. Merasa aneh dan agak kaget
ku tolehkan kepala ke kursi sebelahku. Dan bu Retno guru bahasa
inggrisku yang cantik tengah duduk di situ sambil memandangiku dengan
senyum. Seketika itu meledak tawa teman satu kelas. Dan terimakasih bu,
begitu bijaknya ibu meletakkan buku sebagai penghalang jendela agar
tidurku tak silau. Dan terimakasih pula sudah membiarkan saya tidur,
bahkan menemani pula di kursi sebelah. Atau, ada pesan lain dari itu
semua ya? []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar