Selasa, 18 Maret 2014

Suatu Siang di Pelajaran Bahasa Inggris

Teringat waktu sudah mendekati Unas, di bangku pojok belakang kelas XII IPA 1 sebelah kiri bersanding dengan jendela kaca yang menghadap langsung ke jalan pinggir sawah itu. Bahasa inggris, yang adalah pelajaran keren itu sedang berlangsung. Guru cantikku dengan cantik pula menerangkan materi, ba, bi, bu mungkin seperti itu, karena setiap pelajaran ini berlangsung selalu saja telinga saya bagai jalan tol. Kuping kanan gerbang pintu masuk, dan kuping kiri gerbang pintu keluar. Weesss tak sedikitpun mampir di otak. Atau otakku memang tak menarik yang tak ada sajian jajanan khusus sehingga si ilmu pelajaran bahasa inggris itu tak ada sudi-sudinya untuk singgah. Ah... yang penting absen terisi, gak bikin gaduh kan sudah beres. Kunikmati saja keadaan ini toh
paling lama juga waktu pelajaran ini seperti dua babak main sepak bola. Dua kali empat puluh lima menit. Kutaruh kepala yang sebenarnya tak terlalu berat ini di meja, sembari menghadapkan wajah ini ke arah luar jendela. Kunikmati suasana luar dengan menyaksikan bapak ibu petani sibuk menggarap sawahnya. Cukup asik, setidaknya bisa menghabiskan waktu pelajaran ini. Mata memandang, informasi meluncur ke otak, diolah dengan rasa, melahirkan imaji-imaji, dan terlalu tinggi, membuat mata yang semula terbuai dengan pemandangan luar jadi terpejam. Entah berapa lama itu berlangsung, yang jelas dari sekian teman di kelas bersahabat sekali dengan keadaan itu. Tak sedikitpun gaduh yang membangunkanku. Sepulas-pulasnya tidur dengan keadaan itu pasti ada rasa was-was dibenakku takut pula jika si bu guru tahu. Setengah sadar ku paksa membuka mata untuk mengamati apakah bu guru cantik mengamatiku pula. Kalau bu guru tak tahu, lanjuuut. Mataku terbuka, dan kok pemandangannya berbeda? Semula yang di depanku adalah pemandangan sawah, tapi ini berganti dengan benda datar berdiri berwarna kehijau-hijauan. Masih belum jelas. Kukucek mata, dan ya ampuuun. Ada buku ukuran folio tepat menghalangi pandanganku dengan arah jendela. Merasa aneh dan agak kaget ku tolehkan kepala ke kursi sebelahku. Dan bu Retno guru bahasa inggrisku yang cantik tengah duduk di situ sambil memandangiku dengan senyum. Seketika itu meledak tawa teman satu kelas. Dan terimakasih bu, begitu bijaknya ibu meletakkan buku sebagai penghalang jendela agar tidurku tak silau. Dan terimakasih pula sudah membiarkan saya tidur, bahkan menemani pula di kursi sebelah. Atau, ada pesan lain dari itu semua ya? []

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar