melumat masa dalam lena melingkar
duh, sekelumit madupun enggan bercumbu pada angan
menuju terkapar meniti kemalasan
Semestinya rinai hujan semalam menampar kantukku
agar derap darah dalam nadi dan asa berpacu
pun seharusnya terik surya menghujamku dalam radiasi
hingga langkah menjamah segala dimensi
Hei, Kau...
bangun!
hei, Kau...
hidup!
mendendang selaksa keluh kau jatuh
relakan menguntai peluh angkat sauh
mari berlayar, dalam bumi mahligai
--- ucap kalbu pada setiap sel pembentukku---
Pagi ini, kulecutkan cemeti ini pada tubuhku sendiri
biar merah menjalar marah
biar pedas serasa menumpas
menggapai keindahan yang akan Allah berikan
aku yakin bisa.
E.A.T. 23 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar