semanja riaknya yang membelai pasir-pasir
kemudian ditimangnya melahirkan harmoni
begitupun kalbuku, diusirnya gelisah-gelisah itu.
Entah mengapa aku selalu dan terlalu pasrah
membiarkan dan menikmati keliaran kenangan menari
sebagaimana kecilku yang tengah telanjang
di antara ombak-ombak itu, kala pasang
Tawang
dan, aroma itu tak hilang
memang
namun, sebagian parasnya hilang
malang
tak apalah, toh pesonanya melekat di angan
sayang
tradisi dulu kala pagi
berburu yuyu atau cetak pasir dengan cepuk
berangkat siang ini, semakin jarang kita bercumbu
suburkan rindu, oleh beban menumpuk
mumpung bersua, mari kita bercinta
dengan cara-cara kita yang kian dewasa
ada rahasia berjalan meniti senja
aku kembali,
atau biar ku tampak airmu di hati saja.
E.A.T. 050314
Tidak ada komentar:
Posting Komentar