Kala itu, Ketika pagi terjaga.
Katup mata mekar,
Segala yang tersaji adalah asli
Demikian pula wajah itu.
Bulu mata letik menarik, bak ombak
Sungging merekah merah
sebuah simpul senyum yang terarah
Juga merdu nafas yang tak dibuat
Gambaran keindahan yang sulit terucap
Untuk wajahnya, ya wajah itu.
Wajah kota ini.
Tapi
Setiap sudut kini mencari
Atau sampai mati tak kan ditemui
Di sini
Ya di wajah kota ini.
Mata yang dulu wibawa,
kini lebih suka merayu.
Subuh, petang atau siang,
selalu sebagai ajang perang
Di wajah kotaku
Ngangkang hidung belang, juga raja uang
Pun pula tersungkur di semak
yang bukan ladangnya.
Di wajah kotaku
Mati kehidupan malang, nalurinya terkekang
selalu terkapar dibalik mata, telinga,
Pun pula di segala indera.
Wajah kotaku
Tak seperti pagi itu
segala yang tersaji,
pasti asli.
E.A.T. 230311
Katup mata mekar,
Segala yang tersaji adalah asli
Demikian pula wajah itu.
Bulu mata letik menarik, bak ombak
Sungging merekah merah
sebuah simpul senyum yang terarah
Juga merdu nafas yang tak dibuat
Gambaran keindahan yang sulit terucap
Untuk wajahnya, ya wajah itu.
Wajah kota ini.
Tapi
Setiap sudut kini mencari
Atau sampai mati tak kan ditemui
Di sini
Ya di wajah kota ini.
Mata yang dulu wibawa,
kini lebih suka merayu.
Subuh, petang atau siang,
selalu sebagai ajang perang
Di wajah kotaku
Ngangkang hidung belang, juga raja uang
Pun pula tersungkur di semak
yang bukan ladangnya.
Di wajah kotaku
Mati kehidupan malang, nalurinya terkekang
selalu terkapar dibalik mata, telinga,
Pun pula di segala indera.
Wajah kotaku
Tak seperti pagi itu
segala yang tersaji,
pasti asli.
E.A.T. 230311
Tidak ada komentar:
Posting Komentar