Senin, 20 Oktober 2025

Berita Pendidikan Kini : Hal Sensitif Dinilai Menghibur, Kabar Prestasi Kian Kabur

Keberadaan media yang berkembang dengan kepesatan yang luar biasa saat ini, benar-benar bagaikan pisau bermata dua. Satu sisi sangat berguna, sisi lain jika tidak bijak menggunakannya bisa menjadi bahaya. Aksesibiltas media yang begitu mudah dan dinamis sangat memanjakan para pencari berita. Atau bahkan, tanpa mencaripun, berita tersajikan dengan begitu mudah. Demikian halnya berita-berita tentang pendidikan. Tentu, hadirnya berita tentang pendidikan diharapkan menjadi angin segar bagi kita. Sebab, berita tentang pendidikan tersebut bisa menjadi kabar tentang perkembangan kualitas pendidikan di negara kita.

Berita-berita tentang pendidikan terus terupdate silih berganti. Di tahun 2025 ini berita pendidikan tentang pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA), digitalisasi pendidikan, Gerakan Numerasi Nasional (GNN), Makan Bergizi Gratis (MBG) dan berita-berita lainnya tentang pendidikan, yang semua itu akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang pendidikan. Namun, selain berita-berita tersebut, muncul juga berita-berita yang kurang sedap dan justru itu yang menyita banyak perhatian.

Berita tentang masalah hukum yang melibatkan Mendikbudristekdikti, kasus viral kepala SMPN 1 Prabumulih yang menegur anak Wali Kota, berita tentang kasus SMAN 1 Cimarga Banten dengan masalah kepala sekolah yang menegur murid merokok dan di susul dengan aksi mogok murid satu sekolah, dan yang terakhir adalah kasus pembulian mahasiswa Universitas Udayana atas nama Timoty yang berakhir dengan bunuh diri, adalah berita-berita kurang sedap yang disajikan secara masif oleh media. Dan tentu, selain kasus-kasus tersebut, masih banyak berita-berita kurang sedap lainnya dari dunia pendidikan. 

Adalah hal yang menjadi ironi, ketika berita-berita tak sedap tersebut justru menjadi sajian yang sangat dinikmati oleh masyarakat pada umumnya. Sudah dinikmati, bahkan masih pula digoreng sana-sini. Belum puas digoreng, masih lanjut dengan bumbu ini-itu. Semakin digoreng, semakin dibumbui, kadang jusru semakin menghilangkan substansi dari berita itu sendiri, yang kemudian bergeser menjadi sensitivitas sentimental belaka.

Berita negatif tentang pendidikan benar-benar menjadi hal sensitif yang keberadaannya terus mencuat. Di media sosial fyp sana-sini. Setiap membuka media, sering muncul paling depan di beranda. Repost sana-sini yang disertai berjubel komentar, seakan-akan menjadi hiburan menarik bagi para netizen. Terus berulang, hingga seakan tidak ada berita yang baik atau positif tentang pendidikan, karena keberadaannya mungkin semakin tertimbun oleh berita-berita negatif.

Pada bulan Juli 2025, schoolmedia.id mengabarkan bahwa delegasi Indonesia berhasil meraih empat Medali Perunggu dan dua Honorable Mention dalam ajang International Mathematical Olympiad (IMO) ke-66 tahun 2025 yang diselenggarakan di Sunshine Coast, Queensland, Australia. Bulan Agustus 2025, www.kompas.com mengabarkan bahwa lima siswa Indonesia berhasil meraih medali perunggu pada ajang Olimpiade Fisika Internasional di Perancis. Selain  berita tersebut, masih banyak berita-berita tentang prestasi anak Indonesia di kancah internasional yang sangat membanggakan. Tapi, seberapa peduli dan perhatian masyarakat kita terhadap berita seperti ini?

Baiklah, coba kita takar paparan berita pendidikan pada diri kita. Lebih peduli dan terinspirasi pada berita positif tentang pendidikan, atau lebih kepo lalu turut menggoreng berita negatifnya? Saya mencoba survey kepada beberapa murid. Ternyata mereka juga lebih tahu tentang berita negatif dari pada berita positifnya. Bisa jadi, memang berita-berita positif itu kurang menarik, sehingga para pengejar algoritma media sosial lebih memilih menyajikan berita yang membuat orang kepo bukan yang membuat orang terinspirasi. 

Sekarang tantangan ada pada diri kita. Kita lebih memilih atau justru menciptakan berita positif, atau kita memilih berita negatif yang akan bisa mengaburkan berita positif tentang capaian atau prestasi pendidikan.

e.a.t

Gresik, 20 Oktober 2025





Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar